- Back to Home »
- Japan »
- Kehidupan sehari hari masyarakat Jepang
Posted by : Unknown
27 Jan 2013
Fuji Mountain |
Saya akan membahas tentang Kehidupan sehari hari Masyasrakat Jepang , moga bermanfaat ^_^
1. Pakaian
Keadaan iklim dari musim yang berganti - ganti sepanjang tahunnya, sangat berpengaruh besar terhadap pola kehidupan di Jepang. Mulai dari pakaian, makanan, minuman, hingga peralatan rumah tangga untuk kepentingan sehari - hari akan bergantung pada iklimnya. Biasanya orang Jepang menyesuaikan jenis pakaiannya sesuai dengan musim yang dialami. Bahan pakaian yang digunakan baik untuk pria maupun wanita adalah wool atau yang sejenisnya yang memungkinkan bias menyimpan panas di tubuh. Kaos-kaos pakaian dalam (shitagi) yang berlengan panjang atau berkaki panjang (kadang disebut pakaian monyet) dibutuhkan untuk pria maupun wanita. Pada musim dingin baik pria maupun wanita membutuhkan pakaian minimal tiga lapis sekali pakai. Sementara untuk kebutuhan tidur perlu disiapkan kakefuton yaitu kasur untuk selimut atau dua sampai tiga lembar selimut tebal. Untuk alat pemanas diperlukan sutobu (stove) yaitu alat pemanas yang menggunakan bahan bakar seperti gas, listrik, atau minyak tanah. Bagi yang tinggal di ryo (asrama) mungkin tidak perlu mempersiapkan alat ini,
karena biasanya telah tersedia. Makanan di Jepang tidak terlalu berbeda dengan di kita, tetapi di musim dingin dibutuhkan makanan-makanan dan minuman yang dapat membantu memanaskan tubuh. Oleh karena itu seperti minuman keras di Jepang amat biasa dan bukan merupakan suatu barang konsumsi yang dilarang.
1. Pakaian
Keadaan iklim dari musim yang berganti - ganti sepanjang tahunnya, sangat berpengaruh besar terhadap pola kehidupan di Jepang. Mulai dari pakaian, makanan, minuman, hingga peralatan rumah tangga untuk kepentingan sehari - hari akan bergantung pada iklimnya. Biasanya orang Jepang menyesuaikan jenis pakaiannya sesuai dengan musim yang dialami. Bahan pakaian yang digunakan baik untuk pria maupun wanita adalah wool atau yang sejenisnya yang memungkinkan bias menyimpan panas di tubuh. Kaos-kaos pakaian dalam (shitagi) yang berlengan panjang atau berkaki panjang (kadang disebut pakaian monyet) dibutuhkan untuk pria maupun wanita. Pada musim dingin baik pria maupun wanita membutuhkan pakaian minimal tiga lapis sekali pakai. Sementara untuk kebutuhan tidur perlu disiapkan kakefuton yaitu kasur untuk selimut atau dua sampai tiga lembar selimut tebal. Untuk alat pemanas diperlukan sutobu (stove) yaitu alat pemanas yang menggunakan bahan bakar seperti gas, listrik, atau minyak tanah. Bagi yang tinggal di ryo (asrama) mungkin tidak perlu mempersiapkan alat ini,
karena biasanya telah tersedia. Makanan di Jepang tidak terlalu berbeda dengan di kita, tetapi di musim dingin dibutuhkan makanan-makanan dan minuman yang dapat membantu memanaskan tubuh. Oleh karena itu seperti minuman keras di Jepang amat biasa dan bukan merupakan suatu barang konsumsi yang dilarang.
2. Ofuro – Sentaku (Mandi – Mencuci)
Mandi di Jepang,
bukan hanya sekedar membersihkan diri, tapi berfungsi untuk menghangatkan badan
terutama di musim dingin. Kebiasaan mandi di Jepang adalah satu kali dalam
sehari dan biasanya dilakukan pada malam hari. Bagi mereka yang tinggal di
apato (apartemen) atau di ryo (asrama) yang dilengkapi dengan ofuro (kamar
mandi), persoalan mandi tidak menjadi masalah, tetapi bagi tempat-tempat
tinggal yang tidak dilengkapi dengan ofuro (kamar mandi),
para penghuninya biasa menggunakan fasilitas sento yaitu kamar mandi umum dengan tarif sekitar ¥ 230 satu kali mandi. Di sento, kamar mandi akan terdiri dari dua pintu, satu pintu untuk laki-laki dan satu pintu untuk perempuan. Sistem mandi di sento adalah mandi bersama. Satu sama lain sama-sama berendam di ofuro (kolam mandi) yang sama. Di Jepang ofuro (kamar mandi), hanya berfungsi benar-benar untuk mandi, bukan untuk buang air kecil/besar. Dalam hal buang air kecil/besar digunakan otearai/toilet dan sebagai pembersih adalah kertas tisu. Memang di tempat- tempat tertentu atau rumah-rumah tertentu ada juga yang menggunakan fasilitas air sebagai alat pembersih tapi tetap juga memakai tisu, sehingga sangat perlu bagi karyasiswa untuk senantiasa mengantongi tisu setiap saat sebagai persiapan. Di musim-musim dingin biasanya mandi tidak dilakukan tiap hari, mencuci pakaian
kecuali pakaian dalam, pakaian lain seperti jas, pantolan, rok, dan baju-baju dingin lainnya tidak setiap kali diculi. Terutama over coat biasanya cukup setelah musim dingin berakhir dan dicuci di dry-cleaning.
Untuk mencuci pakaian sehari-hari dapat dilakukan di tempat cuci umum yang biasanya tersedia di asrama atau di kota - kota besar. Tempat cuci pakaian otomatis ini menggunakan uang logam seratusan
(koin) baik untuk cuci dan pengeringan. Jadi anda cukup membawa pakaian kotor dalam tas dan sekitar 2 jam anda dapat membawa pulang kembali dalam keadaan
kering dan bersih.
para penghuninya biasa menggunakan fasilitas sento yaitu kamar mandi umum dengan tarif sekitar ¥ 230 satu kali mandi. Di sento, kamar mandi akan terdiri dari dua pintu, satu pintu untuk laki-laki dan satu pintu untuk perempuan. Sistem mandi di sento adalah mandi bersama. Satu sama lain sama-sama berendam di ofuro (kolam mandi) yang sama. Di Jepang ofuro (kamar mandi), hanya berfungsi benar-benar untuk mandi, bukan untuk buang air kecil/besar. Dalam hal buang air kecil/besar digunakan otearai/toilet dan sebagai pembersih adalah kertas tisu. Memang di tempat- tempat tertentu atau rumah-rumah tertentu ada juga yang menggunakan fasilitas air sebagai alat pembersih tapi tetap juga memakai tisu, sehingga sangat perlu bagi karyasiswa untuk senantiasa mengantongi tisu setiap saat sebagai persiapan. Di musim-musim dingin biasanya mandi tidak dilakukan tiap hari, mencuci pakaian
kecuali pakaian dalam, pakaian lain seperti jas, pantolan, rok, dan baju-baju dingin lainnya tidak setiap kali diculi. Terutama over coat biasanya cukup setelah musim dingin berakhir dan dicuci di dry-cleaning.
Untuk mencuci pakaian sehari-hari dapat dilakukan di tempat cuci umum yang biasanya tersedia di asrama atau di kota - kota besar. Tempat cuci pakaian otomatis ini menggunakan uang logam seratusan
(koin) baik untuk cuci dan pengeringan. Jadi anda cukup membawa pakaian kotor dalam tas dan sekitar 2 jam anda dapat membawa pulang kembali dalam keadaan
kering dan bersih.
3. Tata Pergaulan
Dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan kampus antara mahasiswa dan dosen atau di antara sesama mahasiswa berbeda dengan di kita. Antara mahasiswa dan dosen berlaku tata tertib, sopan santun yang cukup ketat. Terhadap guru/dosen atau yang digurukan berlaku julukan sensei, sementara di antara sesama mahasiswa dengan ketat sistem sempai - kohai atau senior-yunior dijalankan. Untuk memanggil nama sensei atau guru selalu dengan menyebut nama keluarganya, misalnya Tanaka sensei, Sato sensei dan seterusnya, nama kecil tidak pernah muncul dalam panggilan terhadap guru. Terhadap teman terutama sempai (senior) panggilan selalu dengan nama keluarganya dengan tambahan san, sedangkan terhadap kohai atau seangkatannya bergantung dari akrab tidaknya, bisa pula memanggil nama kecil
dengan tambahan san. Sebutan atau panggilan terhadap orang-orang di dalam atau di luar lingkungan kampus selain dari sensei berlaku panggilan san, baik terhadap pria maupun wanita. Dalam berinteraksi dengan orang Jepang secara langsung ataupun tidak langsung ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti orei (rasa terima kasih yang sering diungkapkan dengan ucapan arigato). Jika kita menerima jasa baik apakah itu kecil atau besar perlu mengucapkan arigato. Ucapan itu biasanya bukan saja pada
waktu peristiwa terjadi, tetapi sering dikemukan setiap berjumpa lagi dengan si pemberi jasa dengan menyampaikan ucapan kono aida arigato gozaimashita (waktu itu terima kasih). Selain Orei, orang Jepang juga sangat memperhatikan okaeshi, yaitu pemberian kembali jasa kita memberi sesuatu
kenang-kenangan pada orang Jepang, maka cepat atau lambat pasti si orang Jepang itu akan membalas kembali pemberian itu. Dalam pergaulan sehari-hari akan sering terkesan orang Jepang menunjukkan sikap respect terhadap orang-orang barat (kulit putih) atau orang yang dapat berbahasa Inggris, bahkan
tidak jarang pula terbaca sikapnya seperti mereka sendiri adalah orang barat dalam berhadapan dengan orang-orang yang datang dari Asia atau berkulit hitam. Hal ini mungkin disebabkan kuatnya pandangan orang Jepang dalam menilai superioritas barat ditambah lagi dengan kekuatan ekonomi yang mereka miliki.